-->

Contoh Laporan Hasil Penelitian

Assalamu'alaikum wr. wb.

Sebagai kaum pelajar kita sudah tak asing lagi dengan nama makalah, proposal,karya tulis ilmiah. Pastinya sudah sangat malas mendemgar namanya saja,karena dalam pembuatan butuh persiapan dan kerja keras yang betul-betul. Apalagi jika sudah masuk jenjang perkuliahan, haduh.. Nah,kali ini saya akan memberi contoh hasil laporan penelitian.



 PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Sholawat beserta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.,kepada keluarganya,para sahabatnya serta tak lupa selaku umatnya semoga akan mendapat syafa’atnya di yaumul akhir nanti.
Dibuatnya laporan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas sebagai pengganti bagi para siswa yang tidak mengikuti acara Widya Wisata di sekolah SMAN 1 Beber.
Semoga dengan adanya tugas pengganti seperti ini dapat meningkatkan pengetahuan para siswa terhadap sejarah yang ada di daerah lokal.Dan semoga dengan dibuatnya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya maupun pembaca umumnya.
Sekian dan saya ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. dan semua pihak yang sudah terlibat.







Beber, 18 Februari2018
    Penulis,






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
 Rumusan Masalah................................................................................2
 Tujuan Penelitian......................................................................................2
 Manfaat Penelitian....................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................4
 Zaman Prasejarah........................................................................................4
Zaman Megalithikum...................................................................................7
Cagar Budaya....................................................................................
Obyek Wisata...................................................................................11
E.  Situs Sejarah......................................................................................13
F.  Kebudayaan.......................................................................................15

BAB III HASIL PENELITIAN ..........................................................................17
 Lokasi Dan Waktu Penelitian..............................................................17
 Profil Situs Taman Purbakala Cipari....................................................17
 Hasil Wawancara dengan Narasumber..................................................18
 Data Temuan di Lapangan..................................................................19

BAB IV PENUTUP .............................................................................................22
 Kesimpulan.......................................................................................22
 Saran................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Karya tulis ilmiah biasa disingkat karya ilmiah (Scientific Paper) adalah tulisan atau laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian suatu masalah oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan. Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dalam metode ilmiah.
Karya tulis ilmiah disusun harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan tersusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan di dalam suatu karya tulis ilmiah ialah bahasa Indonesia yang baku yang sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah.Ketujuh sikap ilmiah itu adalah sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap rela menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan.Tujuan dari adanya karya tulis ilmiah salah satunya yaitu dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan bagi penulis dan pembaca, selain itu juga karya tulis dapat dijadikan sebagai sarana melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian secara benar dan teratur.
Manfaat adanya karya tulis ilmiah yaitu dapat memperluas wawasan pengetahuan, mengenalkan kegiatan kepustakaan, melatih kemampuan membaca secara efektif.Ada berbagai macam jenis karya tulis ilmiah yaitu makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis dan disertasi. 
SMA Negeri 1 Beber sebagai salah satu sekolah di Cirebon, selain sebagai sekolah yang berbasis kependidikan, juga selalu mengadakan acara tahunan bagi siswa/siswi yang duduk di kelas XI IPA maupun IPS. Acara tersebut yaitu biasa disebut study tour atau widya wisata, yang mana tahun ini kembali diadakan dengan tujuan Kota Yogyakarta. Acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 23-26 Februari 2018. Namun tidak semuanya siswa/siswi acara tersebut, adapula sebagian siswa yang tidak ikut serta dalam acara tersebut.
Bagi siswa/siswi yang tidak mengikuti acara study tour mendapat tugas lain sebagai penggantinya. Yaitu dengan melakukan observasi ke tempat-tempat yang sudah ditentukan. Penulis mendapat tugas untuk melakukan observasi ke Situs Taman Purbakala Cipari di daerah Kelurahan Cipari, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. 
Kabupaten Kuningan adalah sebuah kabupaten yang ada di Jawa Barat,Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan dengan dipimpin oleh bapak Bupati H.Acep Purnama,S.H,M.H.dan dengan wakilnya Dede Sembada.
Dengan demikian banyak sekali hal-hal yang belum diketahui semua tentang kebudayaan di kabupaten Kuningan, maka dengan adanya penelitian ini saya akan mencoba membahas tentang salah satu tempat wisata budaya yang ada di kabupaten kuningan yaitu Situs Taman Purbakala Cipari.


1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1. Apa itu Situs Taman Purbakala Cipari?
1.2.2. Peninggalan apa saja yang terdapat di Situs Taman Purbakala Cipari?
1.2.3. Sejak kapan ada kehidupan di daerah Situs Taman Purbakala Cipari?
1.2.4. Apa yang menyebabkan terkuburnya peninggalan-peninggalan benda yang 
       ada di Situs Taman Purbakala Cipari?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Untuk mengetahui apa itu Situs Taman Purbakala Cipari.
1.3.2. Untuk mengetahui peninggalan apa saja yang terdapat si Situs Taman            
          Purbakala Cipari.
1.3.3. Untuk mengetahui sejak kapan ada kehidupan di daerah Situs Taman 
          Purbakala Cipari.
1.3.4. Untuk mengetahui apa penyebab dari terkuburnya peninggalan-peninggalan 
          benda yang ada di Situs Taman Purbakala Cipari

1.4. MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Bagi Penulis :
1.4.1.1.  Dapat menambah pengetahuan tentang sejarah yang ada di daerah lokal
1.4.1.2. Dapat memberikan pengalaman tersendiri, terutama dalam kegiatan  
              penelitian observasi.
1.4.1.3. Dapat mengetahui peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di daerah 
              lokal. 
1.4.1.4. Dapat menghasilkan sebuah karya tulis yang bermanfaat.
1.4.1.5. Menumbuhkan sikap cinta terhadap sejarah di Indonesia.

1.4.2. Bagi Pembaca :
1.4.2.1. Dapat menambah pengetahuan tentang sejarah yang ada di daerah lokal
1.4.2.2. Dapat dijadikan sumber media pembelajaran tentang sejarah.
1.4.2.3. Menumbuhkan sikap cinta terhadap sejarah di Indonesia.
1.4.2.4. Mengetahui peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di daerah lokal.
1.4.2.5. Menjadi salah satu referensi untuk berwisata.














BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

 ZAMAN  PRASEJARAH, MEGALITHIKUM, CAGAR BUDAYA         
             DAN OBYEK WISATA, SITUS SEJARAH SERTA KEBUDAYAAN

2.1.1. ZAMAN PRASEJARAH

2.1.1.1. Pengertian Zaman Prasejarah
Zaman prasejarah atau zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan
yang hidup dan berkembang pada masa itu. Zaman manusia mengenal dan menggunakan tulisan disebut aman aksara atau zaman sejarah.
 Zaman pra aksara di Indonesia berlangsung sampai abad ke-3 Masehi. Jadi, pada abad ke-4 Masehi, manusia Indonesia baru mulai mengenal tulisan. Hal ini dapat diketahui dari batu bertulis yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur,bahasa dan bentuk huruf yang digunakan menunjukkan bahwa prasasti tersebut dibuat kurang lebih tahun 400 Masehi.

2.1.1.1.1. Pembagian zaman berdasarkan proses terbentuknya bumi
Ternyata proses terbentuknya bumi memakan waktu yang lama sekali sehingga para ahli geologi membaginya kedalam beberapa masa, dimana masing-masing masa/zaman memakan waktu sampai jutaan tahun lamanya. Berikut ini adalah pembagian masa/zaman tersebut.
a. Masa Arkaikum : 
Masa ini berumur kira-kira 3.500 juta tahun. Pada saat itu, bumi belum dingin, udara masih panas sekali, kulit bumi masih dalam proses pembentukan, dan belum ada tanda-tanda kehidupan.

b. Masa Paleozoikum : 
Umur masa ini diperkirakan 600 juta tahun. Ketika itu sudah mulai tampak tanda-tanda kehidupan. Binatang-binatang kecil (mikroorganisme) sudah mulai ada. 
c. Masa Mesozoikum :  
Umur masa ini kira-kira 225 juta tahun. Pada saat itu, kehidupan di bumi makin berkembang. Binatang-binatang pada masa ini mencapai bentuk tubuh yang besar sekali. Jenis burung pun sudah mulai ada. Namun, sesungguhnya mesozoikum merupakan zaman reptil. Jenis binatang inilah yang banyak sekali dijumpai pada masa ini. Kita mengenalnya sebagai Dinosaurus.
d. Masa Neozoikum atau Kaenozoikum : 
Masa ini berlangsung sekitar 70 juta tahun yang lampau. Pada masa inilah keadaan bumi sudah betul-betul baik. Perubahan cuaca tidak begitu drastis walaupun zaman es masih ada. Kehidupan berkembang dengan pesat. Lebih lanjut, masa ini dibedakan lagi menjadi dua, yaitu:
 Zaman tersier, binatang-binatang raksasa makin menyusut jumlahnya. Keluarga binatang menyusui sudah mulai muncul dan beberapa jenis monyet dan kera telah mulai hidup pada zaman ini.
 Zaman kuarter, zaman ini berlangsung kira-kira dua juta tahun yang lampau. Pada zaman ini telah ada tanda-tanda kehidupan manusia. Zaman ini terbagi lagi menjadi HYPERLINK "http://rpp-smp.blogspot.com/2013/05/relief-muka-bumi.html" \t "_blank"  zaman plestosin (Dilluvium) dan kala holosin (Alluvium). Umur kala plestosin tidak sepanjang masa yang lainnya. Masa ini justru merupakan suatu momen yang sangat penting, karena pada masa inilah menurut para ahli arkeologi mulai muncul manusia di muka bumi dan berlangsung kira-kira 2 juta sampai dengan 100.000 tahun yang lalu.

2.1.1.1.2. Pembagian zaman pra aksara berdasarkan benda peninggalan
Berdasarkan benda-benda peninggalan yang digunakan oleh manusia pada masa pra aksara, zaman pra sejarah/pra aksara dibedakan menjadi dua zaman yaitu zaman batu dan zaman logam.
a. Zaman batu 
Adalah zaman yang menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia terbuat dari batu, meskipun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Tetapi, pada zaman ini secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dari batu. Zaman batu dibedakan lagi menjadi tiga periode sebagai berikut.
 Zaman batu tua (Paleolithikum) merupakan suatu masa dimana hasilbuatan alat-   alat dari batunya masih kasar dan belum diasah sehingga bentuknya masih sederhana. Misalnya, kapak genggam. Hasil kebudayaan Palaeolithikumbanyak ditemukan di daerah Pacitan dan Ngandong Jawa Timur.
 Zaman batu madya (Mesolithikum) merupakan masa peralihan dimana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari aman batu tua. Misalnya, pebble/kapak Sumatera.
 Zaman Batu Muda (Neolithikum) merupakan suatu masa dimana cara membuat alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dan aman dari sebelumnya. Misalnya, kapak persegi dan kapak lonjong.
 Zaman batu besar (Megalithikum) merupakan suatu masa dimana  pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan dari batu-batu besar.
b. Zaman Logam 
Adalah zaman yang menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia terbuat dari logam. Dengan dimulainya zaman logam, bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya, nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan digunakan secara dominan.

2.1.1.1.3. Zaman pra sejarah berdasarkan ciri kehidupan dan kebudayaan masyarakatnya.
Berdasarkan ciri kehidupan dan kebudayaan masyarakatnya zaman prasejarah dibagi dalam tiga zaman, yaitu masa berburu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. 
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan : 
Pada masa ini kehidupan manusia purba masih sangat sederhana. Mereka mengumpulkan makanan dan meramunya serta berburu dengan menggunakan peralatan bantu yang sangat sederhana. Untuk melindungi dirinya dari hujan, panas, dan gangguan hewan buas, manusia purba memanfaatkan ceruk yang ada di batu karang. Letak ceruk tempat tinggal mereka biasanya tidak jauh dari sumber air karena sumber air biasa digunakan juga oleh binatang buruan untuk minum. Pada saat binatang minum, manusia purba memburunya dan selanjutnya digunakan untuk makan sehari-hari.
b. Masa Bercocok tanam : 
Pada masa ini manusia purba sudah mampu bercocok tanam sehingga terjadilah perubahan dari tradisi food gathering (mengumpulkan makanan) menjadi food producing (menghasilkan makanan). Mereka sudah tidak tergantung lagi pada alam. Mereka sudah berusaha untuk menghasilkan makanan sendiri dengan bercocok tanam dan beternak. Pada saat itu pula, manusia sudah bertempat tinggal tetap. Artinya, mereka telah mengenal cara membuat rumah dan beternak hewan peliharaan.
c.  Masa Perundagian : 
Pada masa ini, manusia purba telah pandai membuat perkakas yang berasal dari logam. Mereka kemudian menggunakan perkakas tersebut sebagai bagian dari hidupnya. Pada masa ini kehidupan manusia purba tidak jauh berbeda dengan masa bercocok tanam hanya saja peralatan yang mereka gunakan semakin lebih baik yaitu mulai digunakannya alat-alat yang terbuat dari logam.

2.1.2. ZAMAN MEGALITHIKUM
2.1.2.1. Pengertian Zaman Megalithikum
Megalithikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalithikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan dari batu-batu besar. Kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolithikum sampai zaman perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah berkembang dan mulai meningkat.

2.1.2.2. Periodisasi Zaman Megalithikum
Menurut Van Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu :
a. Megalith Tua, menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500  SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megaithikum adalah menhir, pnden berundak-undak, arca-arca statis.
b. Megalith Muda, menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga, sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Dari penjelasan diatas dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan juga manik-manik, alat perunggu dan besi.

2.1.2.3. Kebudayaan Zaman Megalithikum
    Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolitikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh masyarakat tentu memiliki fungsi.
Stonehenge merupakan sebuah monumen batu peninggalan manusia purba pada zaman Megalitikum yang terletak di Salisbury Plain, Propinsi Wilshire, Inggris. Stonehenge sendiri terdiri dari tiga puluh batu tegak (sarsens) dengan ukuran yang sangat besar tingginya,yaitu 10 meter dengan masing-masing batu mempunyai berat 26 ton), semua batu tegak tersebut disusun dengan bentuk tegak melingkar. 
Contoh dari hasil kebudayaan megalithikum yaitu menhir, punden berundak, dolmen, sarkofagus, peti kubur batu, batu temu gelang(seperti yang ditemukan di Cipari), batu dakon. 

2.1.2.4. Ciri-ciri Zaman Batu Megalithikum (Zaman Batu Besar)
Pada zaman ini manusia melakukan banyak kegiatan yang menyangkut kehidupannya. Mereka sudah mepunyai aktifitas seperti berbueu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam.
Ciri-cirinya adalah:
 Manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar
 Berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman perunggu
 Manusia sudah mengenal kepercayaan utamnya animism
2.1.2.5. Budaya Zaman Megalithikum
Di Indonesia, beberapa etnik masih memiliki unsur-unsur megalitik yang dipertahankan hingga sekarang.
• Pasemah
Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan, berada di kaki Gunung Dempo. Tinggalan-tinggalan megalitik di wilayah ini tersebar sebanyak 19 situs, berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari Balai Arkeologi Palembang. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan [megalitik pasemah], disebut oleh ahli arkeologi sebagai Budaya Megalitik Pasemah.
• Nias
Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang yang dianggap penting di Nias (awal abad ke-20). Foto koleksi Tropenmuseum, Amsterdam. Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan kubur batu masih memperlihatkan elemen-elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu besar sebagai tempat untuk memecahkan perselisihan.

• Sumba
Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
2.1.2.6. Kepercayaan Zaman Neolitikum
Kehidupan Keagamaan Masyarakat Sunda Kuno
Penemuan sejumlah bangunan era Megalitikum mengindikasikan bahwa rakyat Sunda kuno cukup religius. Sebelum pengaruh Hindu dan Buddha tiba di Pulau Jawa, masyarakat Sunda telah mengenal sejumlah kepercayaan, seperti terhadap leluhur, benda-benda angkasa dan alam seperti matahari, bulan, pepohonan, sungai, dan lain-lain. Pengenalan terhadap teknik bercocok tanam (ladang) dan beternak, membuat masyarakat percaya terhadap kekuatan alam. Untuk mengungkapkan rasa bersyukur atas karunia yang diberikan oleh alam, mereka lalu melakukan upacara ritual yang dipersembahkan bagi alam. Karena itu, mereka percaya bahwa alam beserta isinya memiliki kekuatan yang tak bisa dijangkau oleh akal dan pikiran mereka.
Dalam melaksanakan ritual atau upacara keagamaan, masyarakat prasejarah itu berkumpul di komplek batu-batu besar (megalit) seperti punden-berundak (bangunan bertingkat-tingkat untuk pemujaan), menhir (tugu batu sebagai tempat pemujaan), sarkofagus (bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati), dolmen (meja batu untuk menaruh sesaji), atau kuburan batu (lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat). Bangunan-bangunan dari batu ini banyak ditemukan di sepanjang wilayah Jawa bagian barat. Dibandingkan dengan wilayah Jawa Tengah dan Timur, Jawa Barat paling banyak meninggalkan bangunan-bangunan megalitik tersebut.
Kehidupan yang serba tergantung kepada alam membuat pola hidup yang bergotong-royong. Dalam melakukan persembahan/penyembahan terhadap roh leluhur maupun kekuatan alam, masyarakat prasejarah ini melakukannya secara bersama-sama. Yang memimpin upacara itu adalah mereka yang berusia paling tua atau dituakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Pemimpin inilah yang berhak menentukan kapan acara “sedekah bumi” dan upacara-upacara religius lainnya dilakukan. Dialah juga yang dipercayai masyarakat dalam hal mengusir roh jahat, mengobati orang sakit, dan menghukum warganya yang melanggar nilai atau hukum yang diberlakukan.

2.1.3. CAGAR BUDAYA

2.1.3.1. Pengertian Cagar Budaya
Cagar budaya adalah yang kelestarian hidup dan peri kehidupannya dilindungi oleh Undang-Undang dari bahaya kepunahan. Menurut UU no. 11 tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Benda cagar budaya. Benda cagar budaya adalah benda alami atau buatan manusia, baik bergerak atau tidak, yang punya hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.
Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan sekarang.

2.1.3.2. Kriteria Cagar Budaya
Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya, apabila memenuhi kriteria:
a.   Berusia 50 tahun atau lebih.
b.   Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun.
Yang dimaksud dengan “masa gaya” adalah ciri yang mewakili masa gaya tertentu yang berlangsung sekurang-kurangnya 50 tahun, antara lain tulisan, karangan, pemakaian bahasa, dan bangunan rumah, misalnya gedung Bank Indonesia yang memiliki gaya arsitektur tropis modern Indonesia pertama.
c.    Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan.
d.   Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
2.1.3.3. Bangunan Cagar Budaya
a.    Berunsur tunggal atau banyak; dan/atau
b.    Berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam.
Jadi, sebuah bangunan rumah di masa mendatang untuk bisa ditetapkan sebagai cagar budaya harus memenuhi kriteria berusia 50 tahun atau lebih, mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun, memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan, serta memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Untuk mengusulkan sebuah bangunan menjadi cagar budaya, maka harus dilakukan pendaftaran atas bangunan tersebut. Pendaftaran adalah upaya pencatatan benda, bangunan, struktur, lokasi, dan/atau satuan ruang geografis untuk diusulkan sebagai cagar budaya kepada pemerintah kabupaten/kota atau perwakilan Indonesia di luar negeri dan selanjutnya dimasukkan dalam Register Nasional Cagar Budaya.
2.1.3.4. Register Nasional Cagar Budaya
1. Pendaftararan
Setiap orang yang memiliki suatu cagar budaya wajib mendaftarkannya kepada pemerintah kabupaten/kota tanpa dipungut biaya. Setiap orang dapat berpartisipasi dalam melakukan pendaftaran terhadap benda, bangunan, struktur, dan lokasi yang diduga sebagai cagar budaya meskipun tidak memiliki atau menguasainya. Hasil pendaftaran harus dilengkapi dengan deskripsi dan juga dokumentasinya. 
2. Pengkajian
Hasil pendaftaran diserahkan kepada Tim Ahli Cagar Budaya untuk dikaji kelayakannya sebagai cagar budaya atau bukan cagar budaya. Pengkajian tersebut bertujuan melakukan identifikasi dan klasifikasi terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, dan satuan ruang geografis yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai cagar budaya.
Dalam melakukan kajian, Tim Ahli Cagar Budaya dapat dibantu oleh unit pelaksana teknis atau satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang cagar budaya. Selama proses pengkajian, benda, bangunan, struktur, atau lokasi hasil penemuan atau yang didaftarkan, dilindungi dan diperlakukan sebagai cagar budaya.
 3. Penetapan
Bupati/wali kota mengeluarkan penetapan status cagar budaya paling lama 30 hari setelah rekomendasi diterima dari Tim Ahli Cagar Budaya yang menyatakan benda, bangunan, struktur, lokasi, dan/atau satuan ruang geografis yang didaftarkan layak sebagai cagar budaya.
Setelah tercatat dalam Register Nasional Cagar Budaya, pemilik cagar budaya berhak memperoleh jaminan hukum berupa:
a.    Surat keterangan status cagar budaya; dan
b.    Surat keterangan kepemilikan berdasarkan bukti yang sah.
Penemu benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/struktur cagar budaya berhak mendapat kompensasi. Pemerintah kabupaten/kota menyampaikan hasil penetapan kepada pemerintah provinsi dan selanjutnya diteruskan kepada Pemerintah Pusat. 
4. Pencatatan
Pemerintah Pusat membentuk sistem Register Nasional Cagar Budaya untuk mencatat data cagar budaya. Benda, bangunan, struktur, lokasi, dan satuan ruang geografis yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya harus dicatat di dalam Register Nasional Cagar Budaya.

2.1.4. Obyek Wisata

2.1.4.1. Pengertian Obyek Wisata

Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan (something to see). Diluar negri obyek wisata disebut tourist atraction (atraksi wisata), sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan objek wisata. Mengenai pengertian objek wisata, kita dapat melihat dari beberapa sumber antara lain:
1.  Peraturan Pemerintah No.24/1979.
Objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.
2.  Surat Keputusan Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No.KM
98/PW:102/MPPT-87.
Obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.
Menurut Yoeti (1996), suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata (DTW )yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut menarik untuk dikunjungi, yakni:7
a. Adanya sesuatu yang dapat dilihat (something to see), maksudnya adanya
sesuatu yang menarik untuk dilihat, dalam hal ini obyek wisata yang berbeda
dengan tempat-tempat lain (mempunyai keunikan tersendiri). Disamping itu
perlu juga mendapat perhatian terhadap atraksi wisata yang dapat dijadikan
sebagi entertainment bila orang berkunjung nantinya.
b. Adanya sesuatu yang dapat dibeli (something to buy), yaitu terdapat sesuatu
yang menarik yang khas untuk dibeli dalam hal ini dijadikan cendramata untuk
dibawa pulang ke tempat masing-masing sehingga di daerah tersebut harus ada
fasilitas untuk dapat berbelanja yang menyediakan souvenir maupun kerajinan
tangan lainnya dan harus didukung pula oleh fasilitas lainnya seperti money
changer dan bank.
c. Adanya sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), yaitu suatu aktivitas
yang dapat dilakukan di tempat itu yang bisa membuat orang yang berkunjung
merasa betah di tempat tersebut.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu objek wisata yang baik dan menarik untuk dikunjungi harus mempunyai keindahan alam dan juga harus memiliki keunikan dan daya tarik untuk dikunjungi dan juga didukung oleh
fasilitas pada saat menikmatinya.

2.1.5. Situs Sejarah

2.1.5.1. Pengertian Situs Sejarah
Situs memiliki berbagai pengertian yang berbeda karena selain dibidang 
computer dan internet, di dalam dunia sejarah juga terdapat istilah situs. Bila dalam dunia computer dan internet situs merupakan sebuah website, sebuah alamat yang bisa kita kunjungi dan berisi informasi tertentu tentang pemilik website, maka kata situs dalam dunia sejarah berhubungan dengan tempat atau area atau wilayah. 
Menurut William Haviland (dalam Warsito 2012 : 25) mengatakan bahwa 
“tempat-tempat dimana ditemukan peninggalan-peninggalan arkeologi di kediaman makhluk manusia pada Zaman dahulu dikenal dengan nama situs. Situs biasanya ditentukan berdasarkan survey suatu daerah.” 
William Haviland (dalam Warsito 2012 : 25) juga mengatakan bahwa “artefak adalah sisa-sisa alat bekas suatu kebudayaan zaman prehistori yang digali dari dalam lapisan bumi. Artefak ialah objek yang dibentuk atau diubah oleh manusia.” 
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Situs diketahui 
karena adanya artefak. Ahli arkeologi mempelajari peninggalan-peninggalan yang 
berupa benda untuk menggambarkan dan menerangkan prilaku manusia. Jadi situs 
sejarah adalah tempat dimana terdapat informasi tentang peninggalan-peninggalan 
bersejarah. 

2.1.6. Kebudayaan

2.1.6.1. Pengertian Kebudayaan
Budaya merupakan suatu hasil karya cipta dan olah pikir manusia yang diwujudkan dalam bentuk gagasan, aktivitas dan artefak (kebendaan) kebudayaan 
pada setiap kelompok masyarakat tertentu memiliki suatu ciri dan keunikan tertentu yang membedakanya denga kebudayaan dari kelompok masyarakat yang lain. Secara etimologi budaya yang dalam bahasa inggris disebut culture berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang. Istilah kebudayaan yang kita kenal di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal, dan diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan beberapa pendapat para ahli mengenai kebudayaan diantaranya: 
1. Edward B. Taylor 
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. 
2. W.H. Kelly dan C. Klockhohn 
Kebudayaan adalah pola hidup yang tercipta dalam sejarah, yang eksplisit, implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
3. Ki Hajar Dewantara 
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
  Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah sebuah kebiasaan atau adat manusia dalam menjalani kehidupannya yang dipengaruhi oleh pengetahuan, dan kemampuannya sebagai manusia.




BAB III
HASIL PENELITIAN

3.1.  LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

LOKASI
WAKTU PENELITIAN
SITUS PURBAKALA CIPARI
SABTU,17 FEBRUARI 2018

3.2. PROFIL DAN SEJARAH SITUS TAMAN PURBAKALA CIPARI

3.2.1. Profil Situs Taman Purbakala Cipari
Cipari merupakan salah satu desa yang berlokasi di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Jumlah penduduknya yaitu sekitar 4112 jiwa. Desa Cipari terletak di jalan  memiliki beberapa produk pangan unggulan yaitu bawang goreng khas Cipari. Selain itu yang sangat menarik untuk dikunjungi dari Desa Cipari yaitu Situs Taman Purbakala Cipari.
Taman Purbakala Cipari berada di Desa Cipari, kecamatan Cigugur, kabupaten Kuningan, dan secara astronomis terletak di daerah cekungan (lembah) pada di atas ketinggian 700  m dpl dan pada koordinat 108º 28’ 156” BT, 06º 57’ 723” LS. Situs Museum Taman Purbakala Cipari dengan luas 7.000 m2 terdiri dari lokasi taman yaitu terdiri dari lokasi taman yaitu yang dikelilingi tembok batu setinggi 2 m yang luasnya 2500 m2 dan sisanya tempat parkir dan halaman lainnya berikut rumah jaga.
Situs Museum Taman Purbakala Cipari berada di lingkungan Kelurahan Cipari, kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Terletak 661 m berada di kaki Gunung Ciremai, jarak dari Ibu Kota Kuningan 4 km dan jarak dari Kota Cirebon 35 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat ataupun roda dua.
Situs Cipari sekarang kini lebih dikenal dengan Site Museum Taman Purbakala Cipari yang semula adalah tanah milik Bapak Wijaya dan juga beberapa warga masyarakat lainnya.
Semula pada permukaan tanah tidak nampak adanya monumen-monumen maupun artefak yang bearcirkan kepurbakalaan.
Kemudian pada tahun 1971 Bapak Wijaya menemukan jenis batuan yang mirip dengan batu yang pernah dipamerkan di Gedung Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur. Informasi ini diteliti oleh Bapak P.Djatikusumah dengan mengadakan penggalian percobaan, dan menghasilkan sebuah peti kubur batu, kapak batu, gelang batu dan gerabah.
Penemuan tersebut dilaporkan ke lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Dan selanjutnya, Lembaga Peninggalan Purbakala dan Peninggalan Nasional mengadakan penelitian dan penggalian yaitu :
 Tahun 1972, penggalian percobaan dengan tujuan penyelamatan.
 Tahun 1975, kegiatan penggalian total.
 Tahun 1976, kegiatan pembangunan Site Museum Taman Purbakala Cipari.
 Tanggal 23 Februari 1978, diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan 
 Kebudayaan, Prof. Dr. Syarif Thayeb.

3.3. HASIL WAWANCARA DENGAN NARASUMBER

3.3.1. Narasumber 1
Menurut Bapak Uu Mardian (pengelola Situs Cipari), situs ini dahulunya hanya sebuah lahan pertanian. Pertama kali ditemukan oleh seorang petani  pada tahun 1972 yang bernama Pak Wijaya, dia secara tidak sengaja  menemukan sebuah  peti kubur batu beserta bekal  kubur di dalamnya seperti kapak batu, gelang batu, dan gerabah. Dengan penemuan seperti itu langsung dilaporkan ke LPPN (Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional) yang berlokasi di Jakarta.
Kemudian laporan ditindak lebih lebih lanjut karena ini mrupakan hal yang sangat penting. Pada tahun 1975 dilakukan penggalian areal secara total, dengan luas penggalian 2500 m2 dan kedalaman 1-5 m baru ditemukan benda-benda lainnya, baik yang ada di dalam gedung maupun di luar gedung itu adalah hasil penggalian.
Setelah dilakukan penggalian, dilakukan penelitian yang mengindikasikan bahwa dahulu pernah ada peradaban kehidupan manusia yang sudah menetap dari kalangan Homo sapiens. 
Lalu pada 23 Februari 1978 diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Syarif Thayeb.
Menurutnya dampak dari adanya situs Taman Purbakala Cipari berdampak baik bagi pengelola dan warga masyarakat sekitar, dan sangat berdampak baik bagi sejarah Indonesia. Dengan adanya situs ini pihak pengelola dapat mendapat pemasukan juga setiap ada pengunjung yang datang.

3.3.2. Narasumber 2
Menurut Ibu Marsiti ini merupakan sebuah dampak yang bagus bagi perkembangan dunia persejarahan di Indonesia, pasalnya dengan ditemukannya Situs Purbakala ini dapat menjadi obyek pembelajaran bagi masyarakat yang ingin mempelajarinya. Situs Purbakala Cipari ini juga menjadi ikon dari Desa Cipari, yang membuat desa Cipari terkenal.
Selaku pedagang Ibu Marsiti sangat mendukung adanya Situs Purbakala Cipari, karena hal itu dapat menambah pemasukan baginya, apalagi bila hari libur tiba, banyak pengunjung yang datang.

3.3.3. Narasumber 3
Menurut Bapak Taslim dia hanya berpendapat bahwa Situs Purbakala Cipari ini sangat berdampak baik bagi kehidupan dan masyarakat sekitar.

3.4. DATA TEMUAN DI LAPANGAN

3.4.1. Sejarah Situs Taman Purbakala Cipari
Taman Purbakala Cipari berada di Desa Cipari, kecamatan Cigugur, kabupaten Kuningan, dan secara astronomis terletak di daerah cekungan (lembah) pada di atas ketinggian 700  m dpl dan pada koordinat 108º 28’ 156” BT, 06º 57’ 723” LS, sekitar 3 km ke arah barat dari pusat kota Kuningan. Untuk menuju ke lokasi situs tidaklah sulit karena merupakan jalan beraspal yang dapat dilalui kendaraan roda empat maupun roda dua, sekitar 30 menit dari pusat Kota Kuningan.  
Lingkungan Situs Cipari sangat mendukung sebagai objek wisata, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara mengingat udara yang sejuk dan nyaman dengan pemandangan yang indah didukung oleh lahan situs yang cukup luas.
Situs seluas 700 m² ini merupakan bagian dari areal Taman Purbakala Cipari yang memiliki luas 2500 m, sisanya merupakan lahan parkir dan rumah jaga. Situs Cipari dikenal dengan Taman Purbakala karena merupakan bentuk pengembangan dan pemanfaatan situs purbakala yang berfungsi sebagai obyek wisata budaya sekaligus media pembinaan dan pengolahan jatidiri bangsa dan dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD).   
Situs Cipari tinggalannya berdasarkan tipologi dan stratigrafi diperkirakan pernah mengalami 2 kali masa pemukiman yaitu pemukiman manusia pada akhir masa neolitik dan awal pengenalan bahan perunggu (masa perundagian) berkisar pada tahun 1000 SM s.d. 500 SM. 
Situs ini pertama kali ditemukan pada 1971/1972 oleh penduduk, selanjutnya dibantu petugas Pemerintah Daerah setempat mereka menggalinya dan menemukan peti kubur berukuran sangat besar dengan posisi membujur baratdaya-timurlaut. Di dalam dan di sekitar peti kuburbatu pada kedalaman sekitar 15 cm terdapat fragmen periuk, kendi, piring, gelang batu, kapak perunggu, manik-manik dan tulang hewan.
Penelitian arkeologi selanjutnya pada tahun 1974/1976, menemukan peti kubur kedua lengkap dengan penutupnya berukuran yaitu 16 x 56 x 59 cm. Di dalam peti kubur tidak ditemukan sisa jasad manusia tetapi bekal kubur yaitu fragmen tembikar. (pernik, pedupaan, cawan), gelang batu, beliung persegi, kapak perunggu, dan manik-manik.
Situs Cipari diduga kuat Peti Kubur Bilik Batu berasal dari masa Perundagian (paleometalik atau Perunggu Besi) yaitu masih nampak melanjutkan tradisi megalitik terbukti ditemukannya 2 buah peti kubur batu yang dipergunakan sebagai tempat (wadah) kubur.
Jika memasuki area Taman Purbakala pengunjung dibuat takjub oleh tinggalan-tinggalan budaya yang nampak dari pintu gerbang (arah kiri ke kanan) akan dijumpai menhir dengan tatanan batu, kemudian gelang batu dan kapak batu 1, peti kubur 1, peti kubur 2, menhir dengan tatanan lempengan batu sekeliling dibagian bawah, dan kapak batu. Kondisi objek masih tetap sama dan sesuai dengan kondisi pertama kali ditemukan.
Lantai jalan setapak di Taman Purbakala Cipari merupakan susunan lempeng batu bentukan baru yang diupayakan agar serasi dengan tinggalan megalitik yang sominan terbuat dari batu.         

3.4.2. Peranan Situs Purbakala Cipari pada Zaman Megaithikum
Dahulu lokasi ini digunakan sebagi tempat menetap manusia purba, dengan bukti ditemukannya batu temu gelang yang berfungsi sebagai tempat musyawarah, lalu ada juga altar batu yang fungsinya sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang, dan banyak juga ditemukan alat-alat perkakas seperti kapak batu, kapak perunggu serta alat-alat dapur juga dtemukan. Menandakan bahwa lokasi ini dahulu difungsikan sebagai tempat pemukiman manusia-manusia purba.

3.4.3. Peranan situs Purbakala Cipari pada Zaman Seakarang
Sekarang lokasi ini dialihfungsikan menjadi situs sejarah yang sekaligus dijadikan obyek wisata oleh pihak pengelola. Sebagai media pembelajaran, tempat pengenalan ilmu kebudayaan antar daerah dan bangsa, suaka alam dan Cagar Budaya.












BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Situs Purbakala Cipari adalah sebuah situs di Kabupaten Kuningan, yang tepatnya terletak di Desa Cipari Kecamatan Cigugur. Situs Cipari sendiri terletak di daerah lembah di atas ketinggian 700 m dpl. Situs Purbakala Cipari ditemukan pada tahun 1972 dengan identifikasi sebuah peti kubur batu yang merupakan satu ciri dari perjalanan hidup masa pra sejarah. Penelitian /ekskavasi arkeologi menemukan perkakas dapur, gerabah perunggu dan bekas-bekas pondasi bangunan masa prasejarah. Situs Purbakala Cipari berdasarkan tipologi dan statigrafi diperkirakan pernah mengalami 2 kali masa pemukiman yaitu pemukiman manusia pada akhir masa neolitik dan awal pengenalan masa perunggu (masa perundagian) yang berkisar antara tahun 1000 SM s.d 500 SM. Bukti-bukti peninggalan manusia pada akhir masa neolitik dan awal pengenalan masa perunggu sendiri dapat ditemukan dalam berbagai artefak yang terdapat di Situs Purbakala Cipari ini yang antara lain fragmen tembikar seperti pernik, kendi, piring, pedupaan dan cawan, gelang batu, beliung persegi, kapak perunggu dan manik-manik, tulang hewan yang kesemuanya didapat dari hasil penggalian dua peti kubur. Sayangnya dalam penggalian dua kuburan batu (yang satu lengkap dengan penutup kuburnya yang berukuran 16 x 56 x 59 cm) di dalam peti kubur tersebut tidak ditemukan sisa jasad manusia melainkan hanya bekal kuburnya saja seperti yang Portal Cirebon sebutkan di atas. Karena melihat temuan-temuan di atas tadi maka dari itulah Situs Purbakala Cipari di duga kuat berasal dari masa perundagian (paleometalik atau perunggu besi) yaitu zaman manusia di masa transisi antara zaman megalitik menuju ke zaman perunggu.
Benda-benda cagar budaya yang ada di Situs Cipari merupakan kekayaan bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu dilestarikan dan dilindungi demi memupukkan jati diri bangsa dan kepentingan Nasional. 
Disamping upaya perlindungan dan pelestarian serta pengembangan Museum dan Taman Purbakala, hal ini juga mempunyai maksud yang sangat penting seiring perkembangan zamana, bahwa sesungguhnya bangunan kuno dari cagar budaya/situs jika dalam pengelolaannya benar-benar dijaga dengan baik, maka hal ini tidak akan merugikan benda cagar budaya itu, justru akan berpotensii sebagai penarik minat bagi para wisatawan.

4.2. SARAN 
Taman Purbakala Cipari yang berada di Desa Cipari,  Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, yang terletak pada ketinggian di atas 700  mdpl dan pada koordinat 108º 28’ 156” BT, 06º 57’ 723” LS, berada sekitar 3-4 km ke arah  Barat dari pusat kota Kuningan. Untuk menuju ke lokasi situs tidaklah sulit karena merupakan jalan beraspal yang dapat dilalui kendaraan roda empat maupun roda dua, sekitar 45 menit dari Beber. Penulis akan memberi sedikit saran dan kritik untuk hasil observasi lokasi.
1. Alangkah baiknya rute/jalan yang dilalui untuk menuju ke tempat lokasi diperbaiki lagi, agar dapat membuat nyaman para pengunjung yang ingin ke situs Purbakala Cipari.
2. Untuk tarif tiket mohon diperhatiakn, jika memang ada tarif khusus untuk masuk ke Situs Purbakala Cipari ini, ada baiknya untuk membuat kertas tiketnya untuk pengunjung yang datang.
3. Mungkin sebaiknya adakan acara-acara khusus tiap satu bulan sekali. Misal acara dengan tema “Belajar dari Batu”, merupakan salah satu cara juga untuk membuat Situs Purbakala CiPari ini lebih dikenal lagi masyarakat luar.







DAFTAR PUSTAKA

Aroengbinang.2017.Site Purbakala Cipari. 17 Februari 2018,  HYPERLINK "http://thearoengbinangproject.com/taman-purbakala-cipari-kuningan/" http://thearoengbinangproject.com/taman-purbakala-cipari-kuningan/
Dhoni-ds.2012. hasil Kebudayaan Megalithikum dan Budaya Megalitik di Indonesia, 17 Februari 2108  HYPERLINK "https://dhoni-ds.blogspot.co.id/2011/12/hasil-kebudayaan-megalitikum-danbudaya.html?m=1" https://dhoni-ds.blogspot.co.id/2011/12/hasil-kebudayaan-megalitikum-danbudaya.html?m=1
Jurnal Hasil Riset.-.Pengertian Cagar Budaya. 17 Februari 2018  HYPERLINK "https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-cagar-budaya.html?m=1" https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-cagar-budaya.html?m=1
Kemahasiswaan.-. Pengertian dan Karakteristik karya tulis ilmiah. 16 Februari 2018  HYPERLINK "http://kemahasiswaan.uui.ac.id/berita-55-pengertian-karakteristik-dan-jenisjenis-karya-tulis-ilmiah.html" http://kemahasiswaan.uui.ac.id/berita-55-pengertian-karakteristik-dan-jenisjenis-karya-tulis-ilmiah.html
Wikipedia.-.Obyek Wisata.17 Februari 2018  HYPERLINK "https://id.m.wikipedia.org/wiki/Objek_wisata" https://id.m.wikipedia.org/wiki/Objek_wisata


Nah, itulah contoh laporan hasil penelitian, semoga bermanfaat ,mohon maaf bila ada kekurangan .
Wassalamu'alaikum wr. wb.









Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel