Resensi Novel Negeri 5 Menara
March 08, 2019
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Halo sahabat sekalian, Alhamdulillah kali ini Ana bisa memposting sesuatu di blog Ana ini. Apakah antum sekalian sudah pernah mendengar atau membaca novel yang sangat fenomenal dan bahkan sampai di film kan karena saking dalam dan kaya akan vitamin motivasi bagi pembaca/penikmatnya di 2012 lalu. Meski terbit sudah lama, tetapi eksistensi buku ini masih tetap menyala-nyala.
Nah, disini Ana akan berbagi sebuah resensi dari buku yang telah saya baca itu. Apakah ada yang tahu apa buku yang Ana maksud ?? Jika ada yang tahu tolong jawab, tak perlu bersuara karena Ana gak mungkin kedengeran. Hehe....
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang buku ini, kita gali informasi terlebih dahulu kepengaran penulis. Yuk, langsung aja disimak....
A. KEPENGARANGAN
Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972,tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan imu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, “man jadda wa jadda”, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Lulus kuliah Hubungan Internasioal, UNPAD, dia menjadi wartawan TEMPO. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior TEMPO. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fullbright untuk kuliah S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya yang juga menjadi wartawan TEMPO adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Terakhir, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi : The Nature Conservancy.
Fuadi dan Yayi tinggal di Bintaro, Jakarta. Mereka berdua menyukai membaca dan traveling. Beberapa penghargaan dan beasiswa pernah didapatkannya, yaitu :
1.Indonesian Cultural Foundation Inc Award, 2000-2001.
2.The Ford Foundation Award 1999-2000
3.CASE Media Fellowship, University of Maryland, College Park, 2001.
4.Beasiswa Fullbright, Program Pascasarjana, The George Washington University,1999-2001.
5.Beasiswa British Chevening, Program Pascasarjana, University of London, London 2004-2005.
6.Penulis dan Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia 2010.
7.Penulis/Buku Fiksi Terbaik, Perpustakaan Nasional Indonesia 2011.
8.Penulis Terbaik, IKAPI/Indonesia Book Fair 2011.
9.Penghargaan Nasional HKI, kategori novel, DJHKI, Kementerian Hukum dan HAM 2013.
10.Artist in Residence, University of California, Berkeley, USA, 2014.
Dan diantara beberapa karnya nya yaitu :
1.Negeri 5 Menara (2009)
2.Ranah 3 Warna (2011)
3.Rantau 1 Muara (2013)
4.Anak Rantau (2017)
Selain itu A, Fuadi juga sangat kaya akan pengalamannya baik itu di kancah nasional maupun internasional, menjadikannya seseorang yang patut dijadikan contoh dalam menggapai cita-cita dan kehidupan.
Selengkapnya bisa kunjungi link https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Fuadi
Nah, mari kita bahas salah satu karya terbaik Ahmad Fuadi yang banyak mendapat apresiasi dan juga prestasi.
“MAN JADDA WA JADA”
I. IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Jenis Novel : Fiksi
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2009
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : xiii + 423 halaman
Ukuran Buku : 19,7 x 13,7 cm
Nomor ISBN : 978-979-22-4861-6
Harga : Rp. 50.000,-
II. SINOPSIS
Keputusan setengah hati yang dibuat Alif, membuatnya harus mengubur impiannya untuk melanjutkan ke SMA. Menuruti keinginan Sang Ibunda, Alif pergi ke luar Provinsi, yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Selama perjalanan, hanya ada kecamuk rasa dalam jiwa Alif yang kian tidak beraturan.
Namun, segala keresahan hatinya perlahan hilang setelah ia bertemu kawan-kawan di Pondok yang dijuluki dengan “Sahibul Menara”. Skenario Tuhan mempertemukan dalam suasana Pondok yang konon sangat ketat akan peraturannya.
Di bawah menara masjid adalah tempat favorit Sahibul Menara saat berkumpul, membicarakan segala hal sampai masa depan yang mereka cita-citakan.
Meski begitu, tetap saja Alif merasa ada sesuatu yang mengganjal hatinya, sampai membuatnya ragu dan selalu saja resah. Hampir dia pasrah dan menyerah karena harapannya sekolah di SMA pupus sudah. Namun Sang pendiri Pondok memberikan sebuah mantra yang sangat mujarab pada sambutan di awal penerimaan murid didik baru.
“MAN JADDA WA JADA, siapa yang berusaha pasti berhasil”.
Bermodalkan mantra ajaib itu, Alif dan kawan-kawan selalu terus bergerak maju untuk menggapai cita-cita mereka.
“Maaza khataukum . Apa kesalahan kalian?” tanyanya dengan suara seperti gemuruh.
Kami gelagapan.Tidak siap menjawab pertanyaan interogatif di senja bergerimis dalam keadaan kepayahan ini.
Dibawah ini sebuah film yang diadaptasi dari novel tersebut.
FILM NEGERI 5 MENARA
III. UNSUR INTRINSIK NOVEL
Tema : Pendidikan, karena kebanyakan alur cerita dikisahkan
sehari-hari di dalam pondok. Baik secara dialog, maupun dituliskan dengan deskripsi atau penggambaran dari penulis.
Tokoh dan Penokohan :
a. Alif (penurut, patuh, labil )
b. Baso (cerdas, agamis, sangat peduli, sangat berbakti)
c. Raja (cerdas,percaya diri, dermawan)
d. Said (berpikir dewasa, tegas, pesimis)
e. Dulmajid (mandiri, setiakawan)
f. Atang (amanah, humoris)
Alur : Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju mundur, yang mana di awal cerita mengisahkan tokoh utama saat dia berada di Washington DC dimana dia sedang mempersiapkan pertemuan di London, tiba-tiba berdering telpon dan ternyata yang menelepon adalah salah satu sahibul menara. Dan seketika teringatlah kisah nya dahulu.
Sudut Pandang : Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang orang pertama, karena penulis sering menggunakan kata ganti orang pertama yaitu “aku”.
Amanat :
Di dalam novel ini memberikan kesan dan juga pesan moral yang sangat bermanfaat bagi pembacanya. Terutama dalam hal bekerja keras dan sungguh-sungguh mencapai apa yang kita impikan. Dan semua itu harus dibarengi juga dengan berbakti kepada orang tua.
Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, karen Allah Maha Mendengar. Man Jada Wa Jada, siapa yang berusaha pasti akan berhasil.
IV. UNSUR EKSTRINSIK NOVEL
#Nilai Agama
Novel ini menceritakan tentang kehidupan yang dijalani di Pondok pesantren yang sarat akan nilai-nilai agama.
#Nilai Moral
Kesetiakawanan dan kebersamaan para Sahibul Menara dalam menghadapi segala tantangan yang diberikan di dunia pesantren mengajarkan bahwa sebagai penuntut ilmu, kita harus sabar dan pantang menyerah untuk menuntaskan apa yang telah dimulai.
V. KELEBIHAN NOVEL
Novel ini mengajarkan kita akan pentingnya menuntut ilmu, bagus untuk memotivasi anak-anak pada zaman ini untuk lebih bersemangat dalam meraih cita-cita dan patuh terhadap kedua orang tua.
Novel ini juga dapat mengubah asumsi kita terhadap Pondok Pesatren, yang konon katany hanya berfokus pada ilmu agama saja. Karena dalam ini bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, ternyata juga belajar ilmu pengetahuan umum lainnya.
Dari sini kita juga dapat mengambil sebuah intisari bahwa jangan pernah meremehkan mimpi, setinggi apapun. Karena Allah Maha Mendengar apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh hamba-Nya. Yakinlah bahwa kita dapat mencapainya, Man Jada Wa Jada.
Sekian yang dapat saya paparkan dalam blog kali ini, semoga apa yang dapat saya sebarkan dapat bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Halo sahabat sekalian, Alhamdulillah kali ini Ana bisa memposting sesuatu di blog Ana ini. Apakah antum sekalian sudah pernah mendengar atau membaca novel yang sangat fenomenal dan bahkan sampai di film kan karena saking dalam dan kaya akan vitamin motivasi bagi pembaca/penikmatnya di 2012 lalu. Meski terbit sudah lama, tetapi eksistensi buku ini masih tetap menyala-nyala.
Nah, disini Ana akan berbagi sebuah resensi dari buku yang telah saya baca itu. Apakah ada yang tahu apa buku yang Ana maksud ?? Jika ada yang tahu tolong jawab, tak perlu bersuara karena Ana gak mungkin kedengeran. Hehe....
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang buku ini, kita gali informasi terlebih dahulu kepengaran penulis. Yuk, langsung aja disimak....
A. KEPENGARANGAN
Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972,tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan imu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, “man jadda wa jadda”, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Lulus kuliah Hubungan Internasioal, UNPAD, dia menjadi wartawan TEMPO. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior TEMPO. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fullbright untuk kuliah S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya yang juga menjadi wartawan TEMPO adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Terakhir, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi : The Nature Conservancy.
Fuadi dan Yayi tinggal di Bintaro, Jakarta. Mereka berdua menyukai membaca dan traveling. Beberapa penghargaan dan beasiswa pernah didapatkannya, yaitu :
1.Indonesian Cultural Foundation Inc Award, 2000-2001.
2.The Ford Foundation Award 1999-2000
3.CASE Media Fellowship, University of Maryland, College Park, 2001.
4.Beasiswa Fullbright, Program Pascasarjana, The George Washington University,1999-2001.
5.Beasiswa British Chevening, Program Pascasarjana, University of London, London 2004-2005.
6.Penulis dan Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia 2010.
7.Penulis/Buku Fiksi Terbaik, Perpustakaan Nasional Indonesia 2011.
8.Penulis Terbaik, IKAPI/Indonesia Book Fair 2011.
9.Penghargaan Nasional HKI, kategori novel, DJHKI, Kementerian Hukum dan HAM 2013.
10.Artist in Residence, University of California, Berkeley, USA, 2014.
Dan diantara beberapa karnya nya yaitu :
1.Negeri 5 Menara (2009)
2.Ranah 3 Warna (2011)
3.Rantau 1 Muara (2013)
4.Anak Rantau (2017)
Selain itu A, Fuadi juga sangat kaya akan pengalamannya baik itu di kancah nasional maupun internasional, menjadikannya seseorang yang patut dijadikan contoh dalam menggapai cita-cita dan kehidupan.
Selengkapnya bisa kunjungi link https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Fuadi
Nah, mari kita bahas salah satu karya terbaik Ahmad Fuadi yang banyak mendapat apresiasi dan juga prestasi.
“MAN JADDA WA JADA”
I. IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Jenis Novel : Fiksi
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2009
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : xiii + 423 halaman
Ukuran Buku : 19,7 x 13,7 cm
Nomor ISBN : 978-979-22-4861-6
Harga : Rp. 50.000,-
II. SINOPSIS
Keputusan setengah hati yang dibuat Alif, membuatnya harus mengubur impiannya untuk melanjutkan ke SMA. Menuruti keinginan Sang Ibunda, Alif pergi ke luar Provinsi, yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Selama perjalanan, hanya ada kecamuk rasa dalam jiwa Alif yang kian tidak beraturan.
Namun, segala keresahan hatinya perlahan hilang setelah ia bertemu kawan-kawan di Pondok yang dijuluki dengan “Sahibul Menara”. Skenario Tuhan mempertemukan dalam suasana Pondok yang konon sangat ketat akan peraturannya.
Di bawah menara masjid adalah tempat favorit Sahibul Menara saat berkumpul, membicarakan segala hal sampai masa depan yang mereka cita-citakan.
Meski begitu, tetap saja Alif merasa ada sesuatu yang mengganjal hatinya, sampai membuatnya ragu dan selalu saja resah. Hampir dia pasrah dan menyerah karena harapannya sekolah di SMA pupus sudah. Namun Sang pendiri Pondok memberikan sebuah mantra yang sangat mujarab pada sambutan di awal penerimaan murid didik baru.
“MAN JADDA WA JADA, siapa yang berusaha pasti berhasil”.
Bermodalkan mantra ajaib itu, Alif dan kawan-kawan selalu terus bergerak maju untuk menggapai cita-cita mereka.
“Maaza khataukum . Apa kesalahan kalian?” tanyanya dengan suara seperti gemuruh.
Kami gelagapan.Tidak siap menjawab pertanyaan interogatif di senja bergerimis dalam keadaan kepayahan ini.
Dibawah ini sebuah film yang diadaptasi dari novel tersebut.
FILM NEGERI 5 MENARA
III. UNSUR INTRINSIK NOVEL
Tema : Pendidikan, karena kebanyakan alur cerita dikisahkan
sehari-hari di dalam pondok. Baik secara dialog, maupun dituliskan dengan deskripsi atau penggambaran dari penulis.
Tokoh dan Penokohan :
a. Alif (penurut, patuh, labil )
b. Baso (cerdas, agamis, sangat peduli, sangat berbakti)
c. Raja (cerdas,percaya diri, dermawan)
d. Said (berpikir dewasa, tegas, pesimis)
e. Dulmajid (mandiri, setiakawan)
f. Atang (amanah, humoris)
Alur : Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju mundur, yang mana di awal cerita mengisahkan tokoh utama saat dia berada di Washington DC dimana dia sedang mempersiapkan pertemuan di London, tiba-tiba berdering telpon dan ternyata yang menelepon adalah salah satu sahibul menara. Dan seketika teringatlah kisah nya dahulu.
Sudut Pandang : Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang orang pertama, karena penulis sering menggunakan kata ganti orang pertama yaitu “aku”.
Amanat :
Di dalam novel ini memberikan kesan dan juga pesan moral yang sangat bermanfaat bagi pembacanya. Terutama dalam hal bekerja keras dan sungguh-sungguh mencapai apa yang kita impikan. Dan semua itu harus dibarengi juga dengan berbakti kepada orang tua.
Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, karen Allah Maha Mendengar. Man Jada Wa Jada, siapa yang berusaha pasti akan berhasil.
IV. UNSUR EKSTRINSIK NOVEL
#Nilai Agama
Novel ini menceritakan tentang kehidupan yang dijalani di Pondok pesantren yang sarat akan nilai-nilai agama.
#Nilai Moral
Kesetiakawanan dan kebersamaan para Sahibul Menara dalam menghadapi segala tantangan yang diberikan di dunia pesantren mengajarkan bahwa sebagai penuntut ilmu, kita harus sabar dan pantang menyerah untuk menuntaskan apa yang telah dimulai.
V. KELEBIHAN NOVEL
Novel ini mengajarkan kita akan pentingnya menuntut ilmu, bagus untuk memotivasi anak-anak pada zaman ini untuk lebih bersemangat dalam meraih cita-cita dan patuh terhadap kedua orang tua.
Novel ini juga dapat mengubah asumsi kita terhadap Pondok Pesatren, yang konon katany hanya berfokus pada ilmu agama saja. Karena dalam ini bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, ternyata juga belajar ilmu pengetahuan umum lainnya.
Dari sini kita juga dapat mengambil sebuah intisari bahwa jangan pernah meremehkan mimpi, setinggi apapun. Karena Allah Maha Mendengar apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh hamba-Nya. Yakinlah bahwa kita dapat mencapainya, Man Jada Wa Jada.
Sekian yang dapat saya paparkan dalam blog kali ini, semoga apa yang dapat saya sebarkan dapat bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.